CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Senin, 02 Maret 2009

Kisah cinta zahrana end

End

Azan Maghrib berkumandang. Tanda waktu buka
puasa tiba. Zahrana meneguk kolak dan makan
mendoan. Ada kenikmatan luar biasa saat buka.
Kenikmatan yang susah diungkapkan dengan kata-kata.
Hanya orang-orang yang berpuasa saja yang bisa
merasakannya. Pembicaraan dengan Bu Zul itu tidak
Zahrana sampaikan kepada ibunya. Ia tak ingin ibunya
kecewa jika yang diharapkan tak terjadi lagi.
Setelah shalat Maghrib Zahrana mendapat telpon
dari Bu Zul,
"Bu Zahrana. Mengenai keputusan syarat yang Bu
Zahrana ajukan, ini ibu langsung dengar sendiri suara
Hasan ya.."
Suara di hand phone Zahrana lalu berubah,
"Bu Zahrana ini Hasan. Saya setuju dengan syarat
ibu. Ibu siapkan wali dan saksinya saya akan siapkan
maharnya dan penghulunya. Kami sekeluarga insya
Allah berangkat sekarang, dan kami shalat Isya di masjid
dekat rumah Ibu."
"Kau serius Hasan?"
"Iya Bu."
"Kau bisa mencintaiku?"
"Iya Bu."
"Kalau begitu jangan lagi kaupanggil aku Ibu.
Panggil aku, Dik. Dik Zahrana. Coba kau bisa nggak?"
Zahrana merasa tak perlu malu.
"Saya coba...Dik Zahrana, tunggu aku di masjid."
Mata Zahrana berkaca-kaca mendengarnya. Ribuan
hamdalah menyesak dalam dada.
"Te..terima kasih. Kita bertemu di masjid, insya
Allah."
Sambungan ditutup.
Zahrana menangis tersedu-sedu. Melihat hal itu sang
ibu bingung dan bertanya-tanya pada Zahrana. Dengan
terisak-isak Zahrana menjelaskan apa yang terjadi. Sang
ibu turut menangis. Zahrana lalu sujud syukur. Dalam
sujudnya Zahrana memohon kepada Allah agar akad
nikah itu benar-benar terjadi. Tidak sekadar angan-angan
dan mimpi.
Dan pada malam kedua di Bulan Suci Ramadhan
itu, apa yang diharapkan Zahrana terjadi. Akad nikah
setelah shalat tarawih disaksikan oleh jamaah yang
membludak. Sebagian besar adalah tetangga Zahrana.
Mereka turut terharu. Saat akad nikah ibu Zahrana
menangis tersedu-sedu. Beberapa ibu-ibu juga menangis.
83
Malam itu Zahrana sangat bahagia. Hasan juga
merasakan hal yang sama. Usai akad nikah Hasan
mengajak Zahrana naik mobilnya menuju hotel
termewah di tengah Kota Semarang. Di dalam hotel,
dengan penuh kekhusyukan Zahrana menunaikan
ibadahnya sebagai seorang isteri. Ibadah yang sudah
lama ia tunggu-tunggu bersama seorang suami.
Di mata Hasan, Zahrana yang tampak manis
dengan jilbab putihnya ternyata jauh lebih manis ketika
rambutnya terurai. Hanya dia yang tahu seperti apa
manisnya Zahrana. Mereka berdua saling mengagumi,
saling mencintai dan saling menghormati.
Kebahagiaan Zahrana malam itu menghapus semua
derita yang dialaminya. Tasbih selalu mengiringi tarikan
naf asnya. Ia semakin yakin, bahwa Allah bersama orangorang
yang sabar dan ihsan. Malam itu, benar-benar
malam kesaksian Zahrana atas Tasbih, Tahmid dan Takbir
Cinta yang didendangkan Allah 'Azza wa Jalla kepadanya.
Subhaanallaah wal hamdulillaah, wa laailaahaillallaahu
wallaahu akbar!

0 Comments:

Post a Comment



Cerita sohib gue

yang nongkrongin blog gue

jumlah pengunjung