CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 12 Februari 2009

Bidadari subuh

Bab terakhir

Satu tahun telah berlalu. Siang itu Dimas duduk menunggu dengan gelisah di sebuah rumah makan sederhana. Ia akan bertemu Dark_Star, sahabat setianya dari dunia maya. Setelah diskusi dan pertimbangan yang cukup panjang, mereka memutuskan sudah waktunya untuk bertemu. Sudah hampir dua tahun mereka selalu berkomunikasi melalui internet, namun belum pernah bertemu secara langsung.

Siang itu, rumah makan sederhana tempat mereka akan bertemu, tidak terlalu dipadati tamu-tamu. Seorang ibu dengan anaknya yang berseragam SD duduk di dekat pintu masuk. Seorang pemuda berdasi masuk dan langsung duduk dekat dengan kipas angin. Seorang perempuan berjilbab sedang asyik membaca buku di ujung ruangan. Dimas memilih duduk di dekat jendela. Setiap ada orang yang lewat di depan pintu rumah makan, ia segera memperhatikan dengan seksama. Hatinya berdetak sedikit kencang berusaha menunggu seorang yang akan membawa tas hitam bergambar matahari dan bulan.

Tak lama orang yang di tunggu-tunggu datang. Seorang pria setengah baya, menjinjing tas hitam dengan gambar yang sudah ditentukan. Perawakannya cukup tinggi. Kulitnya putih bersih. Ia tersenyum memancarkan ketenangan luar biasa. Tanpa ragu lelaki itu melangkah menghampiri Dimas.

“Assalamu’alaikum. Saya Dark_Star atau Indra.” Katanya memulai.

“Wa’alaikumsalam. Saya Dimas, Mas. Subhanallah akhirnya kita bertemu juga.”

“Subhanallah! Senang sekali akhirnya saya bisa bertemu muka dengan kamu.”

Cukup lama mereka bercakap-cakap. Menceritakan kehidupan masing-masing. Rasa syukur yang sangat mendalam dirasakan oleh Dimas. Karena ternyata Dark_Star atau Mas Indra memang seorang shaleh yang sangat cerdas. Ia seorang dokter muda yang sedang mengambil program spesialis. Cara bicaranya sangat tenang dan hati-hati. Dimas semakin kagum saja akan sahabatnya ini.

Mas Indra banyak bertanya tentang kehidupan Dimas. Dimas sedikit banyak menceritakan pekerjaannya, visi dan misi kedepannya, dan sedikit tentang keluarganya. Meskipun baru pertama kali mereka bertemu, namun sudah dapat berbincang-bincang dengan lancar. Pertemuan siang itu membuat Dimas semakin bersyukur karena telah dipertemukan dengan orang-orang yang membuatnya semakin semangat untuk menggali ajaran Islam.

***

Tali silaturahmi antara Dimas dan Mas Indra semakin erat. Kini mereka tidak hanya bercakap-cakap melalui internet, tapi juga melalui telephone, atau sekali-kali bertemu. Bahkan Dimas sempat main ke rumah Mas Indra dan bertemu dengan istri dan orang tuanya. Mas Indra dan keluarganya juga sempat berkunjung ke rumah Dimas, meski tidak bertemu keluarganya karena Dimas tinggal seorang diri di Jakarta, sedang keluarganya tinggal di Bandung. Dimas merasa senang karena keluarga Mas Indra selalu memperlakukannya dengan penuh perhatian. Suasana yang jarang ia dapatkan dari keluarganya sendiri.

Melihat keluarga kecil yang bahagia itu, semakin besarlah keinginan di hatinya untuk juga berkeluarga. Menjalankan sunah Rasulnya, membina keluarga yang Sakinah, Mawaddah dan Warahmah. Di antara ikhtiarnya, ia selalu berdo’a, memohon untuk didekatkan kepada pasangannya. Sesekali bahkan masih ada rindu untuk bisa bertemu dengan sang Bidadari Subuh. Namun Dimas mulai tidak berharap banyak bisa kembali bertemu dengan perempuan yang sinar matanya pantulan samudera ketenangan itu.

Suatu sore Mas Indra mengajak Dimas bertemu di rumah makan sederhana tempat pertama kali mereka bertemu. Pulang kantor Dimas segera meluncur ke tempat kegemaran mereka itu. Di sana Mas Indra sudah menunggu, duduk di dekat jendela.

“Assalamu’alaikum Mas Indra,”

“Wa’alaikumsalam Dimas.”

“Tumben kok tiba-tiba minta ketemu.”

“Iya ada yang ingin saya bicarakan.”

“Ada apa Mas?”

“Begini Dimas. Saya harus mengakui sesuatu. Sesuatu yang sudah dua tahun ini saya simpan dari kamu. Sebenarnya, saya bukanlah Dark_Star yang kamu kira. Saya tidak pernah berteman denganmu di dunia maya.”

“Apa? Maksud Mas?”

“Ya maaf Dimas, saya telah tidak jujur kepada kamu.”

“Tidak jujur? Bisa mas jelaskan? Saya jadi semakin tidak mengerti.” Jemari Raka terlihat sedikit bergetar.

“Sebenarnya...”

“Jadi saya berkomunikasi dengan siapa selama ini? Siapa yang selalu dengan sabar menjawab pertanyaan saya? Menjelaskan dengan bijaksana setiap kali iman saya goyah?”

“Sabar Dimas. Saya punya penjelasan untuk semua pertanyaan kamu. Dark_Star yang selama ini selalu bertemu dengan kamu di dunia maya adalah adik perempuan saya.” Dimas terperanjat mendengarnya. Ia dapat merasakan desiran darah mulai mengalir ke wajahnya.

“Ya, ia yang selama ini selalu berdiskusi dengan kamu. Ia banyak menceritakan kekagumannya akan kegigihanmu dalam mencari kebenaran. Sebagai sesama muslim, adik saya merasa bertanggung jawab untuk membantu kamu. Namun untuk lebih menjaga dirinya ia selalu berusaha untuk menjaga identitas dirinya dari kamu. Akhirnya satu tahun sudah kalian lewati. Saling berdiskusi, bertukar pikiran, belajar bersama untuk semakin mengenal Allah. Tiba-tiba kamu mengutarakan keinginanmu untuk bertemu dengannya. Saat itulah adik saya merasa bingung luar biasa. Di satu sisi ia tidak mau asal-asalan menyetujui permintaanmu. Bagaimanapun ia seorang perempuan, yang harus menjaga kehormatannya. Saat itu kamu masih orang asing yang belum jelas identitas aslinya. Namun di sisi lain, ia mulai tertarik dengan siapa dirimu yang sebenarnya. Perjalanan hidupmu dalam menemukan kembali Tuhanmu sungguh menggugah hati adik saya. Akhirnya ia bercerita akan kegalauannya kepada saya. Kami memutuskan bahwa cara yang paling bijaksana adalah membiarkan saya mengaku sebagai Dark_Star. Ternyata kamu memang pemuda yang luar biasa. Setahun saya mengenalmu, saya dan keluarga saya semakin kagum denganmu, Dimas. Kadang adik saya juga menanyakan perkembanganmu. Dan ia bersyukur kamu dan saya bisa membina persahabatan yang baik hingga setahun kemudian.” Dimas terdiam. Hatinya sedikit lega mendengar penjelasan yang baginya cukup masuk akal, dan sangat bijaksana. Dalam hati ia bahkan kagum dengan pribadi Dark_Star yang sangat menjaga kehormatan dirinya, namun tetap berusaha untuk tidak mengecewakan Dimas.

“Kenapa tiba-tiba Mas Indra menceritakan semua ini kepada saya?”

“Karena saya ingin memperkenalkan kamu dengan Dark_Star yang sebenarnya. Saya rasa kamu berhak mengetahui siapa adik saya. Syukur-syukur kalian saling cocok, jadi persahabatan kita bisa dibawa ke level yang lebih tinggi.” Mas Indra tiba-tiba menggoda Raka.

“Oooo jadi itu maksudnya. Mentang-mentang saya sedang mencari istri.”

“Hehe loh tidak ada salahnya kan?” Raka hanya tersenyum malu.

“Apa adik mas pernah melihat saya?”

“Pernah. Kadang-kadang saat kita bertemu, adik saya juga ada di lokasi, memperhatikan dari kejauhan.” Sesaat Dimas teringat akan perempuan berjilbab di pojok ruangan rumah makan sederhana, ketika pertama kali ia bertemu dengan Mas Indra. Mungkinkah dia?

“Apa dia sekarang ada di sini?” Raka langsung celingukan.

“Ada. Sebentar. Alamanda, sini dek.” Seorang perempuan berjilbab berdiri dari meja di pojok ruangan. Cahaya matahari sore agak menghalangi wajah perempuan yang dengan anggun berjalan ke arah Dimas dan Mas Indra. Dimas berusaha menajamkan pandangannya, dan, Subhanallah!!!

Ia seolah tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Jantungnya semakin bergetar. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya. Hanya tasbih yang muncul dipikirannya, mengiringi detak jantung yang saling susul menyusul. Perempuan itu tersenyum. Sedetik menatap wajahnya, dan langsung menundukkan kembali pandangannya. Ah! Benarkah? Inikah yang disebut kekuatan do’a? Perempuan anggun yang terbalut jilbab hitam di hadapannya, dia... dia adalah sang Bidadari Subuh.

karya miss juwie

0 Comments:

Post a Comment



Cerita sohib gue

yang nongkrongin blog gue

jumlah pengunjung